Jumat, 16 Desember 2011

Jenis terapi buat anak autis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Autis bukanlah istilah yang jarang pada zaman modern kali ini, meskipun datangnya baru pada pertengahan abad ke 20. Bagi orang tua yang mendapatkan anaknya autis, tentu akan merasa kecewa dan bersalah. Namun dibalik kekecewaan tersebut tersimpan asa bahwa anak autis tidak bersifat permanen melainkan bisa dikurangi.
Dengan demikian, maka orang tua langsung mencari langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh agar keautisan anaknya dapat berkurang. Ada beberapa langkah yang data ditempuah dalam mengurangi keautisan anak, diantaranya menggunakan obat-obatan, terapi-terapi, pembelajaran yang kontiniu, bimbingan dan konseling dll.

B. BATASAN MASALAH
Masalah yang penulis angkat pada kali ini adalah berbagai jenis terapi yang pernah dilakukan pada anak autis.

C. RUMUSAN MASALAH
Masalah tersebut tertuang dalam bentuk pertanyaan dibawah ini, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan terapi?
2. Apa saja jenis terapi yang telah digunakan pada anak autis?
D. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memahami jenis-jenis terapi yang bisa diberikan pada anak autis.

























BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TERAPI
Terapi adalah salah satu metoda yang diberikan kepada penderita penyakit tertentu untuk mengurangi dan menghilangkan penyakit tersebut. Terapi bagi anak autis sangat beragam, karena hampis setiap autis memiliki karakteristik masing-masing. Oleh sebab itu langah awal dalam membeikan terapi pada anak autis adalah mengetahui bentuk keautisan anak.

B. JENIS-JENIS TERAPI
Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.

Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 15 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.



9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
9) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
10) Terapi akupunktur.
Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
11) Terapi musik.
Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus merangsang kemampuan berbicara.

12) Terapi balur.
Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi kadar merkuri dalam tubuh penyAndang autis. Caranya, menggunakan cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya melakukan detoksifikasi gas merkuri.
13) Terapi anggota keluarga.
Orangtua harus mendampingi dan memberi perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib dilakukan untuk semua jenis terapi lain
14) Terapi lumba-lumba.
Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.


LUMBA-lumba termasuk salah satu hewan yang cerdas di dunia. Selain membantu mengarahkan kapal di lautan, para peneliti juga menemukan kalau lumba-lumba bisa membantu mereka yang menderita gangguan saraf, khususnya anak-anak autisme. Terapi lumba-lumba (dolphin therapy) diklaim bisa meningkatkan kemampuan berbicara dan keahlian motorik anak-anak penderita autisme.
Apa itu dolphin therapy? Terapi ini dimulai oleh antropolog Dr Betsy Smith di awal tahun 70-an setelah melihat efek terapis lumba-lumba pada saudaranya yang mengalami gangguan saraf. Selanjutnya terapi ini dikembangkan oleh Dr Nathanson di the Dolphin Human Therapy centre di Florida, AmeriKa. Nathanson mempelajari interaksi antara lumba-lumba dengan anak-anak penderita keterbelakangan mental dan mendapatkan respon baik dengan dibukanya pusat-pusat terapi lumba-lumba lain di seluruh dunia.
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas sensori anak. Dalam program yang berlangsung di kolam renang dengan lumba-lumba ini, terapis akan membantu anak-anak autisme. Anak-anak akan diminta untuk berenang, menyentuh, memberi makan atau mengelus-elus hewan tersebut. Selanjutnya terapis akan bekerja dan membantu pada area tertentu seperti berbicara, bertingkah dan keahlian motorik. Terapis akan mendisain program sesuai dengan kebutuhan anak.
Terapi lumba-lumba ini tidak bisa menyembuhkan sepenuhnya. Tetapi bisa meredakan beberapa gejala autisme dengan cara menguatkan proses penyembuhan mereka. Para peneliti yang mengambil sampel darah sebelum dan sesudah anak melakukan terapi menemukan adanya perubahan hormon endorphin dan enzim-enzim serta T-cells. Akan tetapi, proses perubahan ini, menurut peneliti, belum diketahui penyebab pastinya.
Penelitian mengenai lumba-lumba dan autisme ini terus dilakuan, tetapi para ilmuwan juga telah menemukan beberapa hipotesis bahwa menyatu dan bermain dengan lumba-lumba akan membangkitkan respon emosional yang mendalam dan memicu pelepasan perasaan dan emosi yang mendalam. para peneliti meyakini, anak-anak lebih responsif terhadap terapi karena mereka bermain di lingkungan yang menyenangkan.
Mereka termotivasi untuk menyelesaikan tugas, mereka gembira sehingga lebih memperhatikan tugas yang diberikan terapis. Selain itu, lumba-lumba dinyatakan bisa merasakan area yang tidak berfungsi penuh dan trauma fisik di tubuh manusia dan mereka memotivasi anak-anak untuk menggunakan area-area ini.
Suara

Dari sisi lain, proses pemulihan sama dengan terapi suara. Ritme dan suara vibrasi membantu membangkitkan perubahan mood. Menurut Dr Cole, ketua Aquathought Foundation, berenang dengan lumba-lumba bisa menciptakan perubahan sel-sel psikologi dan jaringan dalam tubuh.
Lumba-lumba, terang Cole, mempunyai sonar alami. Mereka akan memancarkan gelombang ultrasound untuk menentukan lokasi benda dan untuk berkomunikasi. Bunyi yang dikeluarkan lumba-lumba, terang dia lagi, sangat kuat sehingga bisa menyebabkan pembentukan lubang di struktur molekul-molekul cairan dan jaringan lunak.
Cole meyakini bahwa frekuensi sinyal lumba-lumba berpengaruh kuat terhadap otak manusia dengan cara memodifikasi aktivitas gelombang otak. Hasil tes yang dilakukan pada manusia menunjukkan kalau bunyi ini bisa mengubah frekuensi otak manusia dari beta menjadi alpha.
Bunyi ini membuat kedua belahan otak lebih sinkron sehingga komunikasi antara otak kanan dan kiri menjadi jauh lebih baik. Selain itu, terapi lumba-lumba ini juga dinyatakan bisa membuat perubahan emosi yang kuat, menenangkan anak-anak, meningkatkan kemampuan komunikasi dan konsentrasi, memperbaiki fungsi motorik dan koordinasi, membuat kontak mata, senyum, tawa, dan daya sentuh anak semakin baik, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
15) Terapi Anak Autis dengan Pok Ame-Ame
Hampir semua orang mungkin pernah mendengar lagu di atas. Lagu Pok Ame-Ame ini adalah lagu yang sering dinyanyikan ketika kita masih kecil.
Gerakan sederhana berupa tepukan tangan menjadi hiburan tersendiri bagi balita sehingga dari generasi ke generasi gerakan ini diajarkan turun-temurun.
Selain menghibur, ternyata gerakan dari lagu Pok Ame-Ame dapat menjadi terapi bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti autis.
Sebagai orang tua yang sangat memperhatikan kebutuhan anaknya, maka anak penderita autis disekolahkan pada sekolah inklusi, yakni sekolah untuk anak dengan kebutuhan khusus, dengan harapan anak mereka mengalami perkembangan dalam perilaku maupun sisi akademik.
Sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, yakni Ahmad Mas Udi, Djamilah Arifiyana, Fauziyah Rakhmawati, Setiya Aggreawan dan Ahmad Rifai menilai, pengenalan konsep terapi mandiri bagi anak autis juga diperlukan untuk mendukung segala materi yang diberikan melalui sekolah inklusi. Hal ini karena anak autis memiliki kesulitan dalam berkonsetrasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga membuat mereka terkesan menutup diri.
''Kami berupaya membantu para guru sekolah inklusi dengan terapi sederhana, yaitu bernyanyi,'' tutur Mas Udi seperti dikutip dari ITS Online Kamis (26/5/2011).
Bernyanyi dapat membantu anak autis yang kesulitan berkomunikasi untuk mengekspresikan emosi dengan bebas serta melatih kelancaran anak dalam berbicara.
Tidak sembarangan lagu dapat digunakan sebagai terapi ini. Pemilihan lagu Pok Ame-Ame oleh Mas Udi dan kawan-kawan dikarenakan lagu ini begitu familiar. Selain itu gerakan tangan yang bersentuhan ketika menyanyikan lagu ini dapat merangsang saraf motorik anak dan memberikan rasa aman bagi si anak.
Kasih sayang orang tua sangat penting bagi anak autis. Mengasingkan sang anak karena rasa malu bukanlah solusi terbaik karena justru akan menjatuhkan mentalnya.








BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terapi adalah salah satu metoda yang diberikan kepada penderita penyakit tertentu untuk mengurangi dan menghilangkan penyakit tersebut. Terapi bagi anak autis sangat beragam, karena hampis setiap autis memiliki karakteristik masing-masing.
Dibawah ini terdapat beberapa terapi bagi anak autis, diantaranya:
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
2) Terapi Wicara
3) Terapi Okupasi
4) Terapi Fisik
5) Terapi Sosial
6) Terapi Bermain
7) Terapi Perilaku.
8) Terapi Perkembangan
9) Terapi Visual
10) Terapi Biomedik
11) Terapi akupunktur.
12) Terapi musik.
13) Terapi balur.
14) Terapi anggota keluarga.
15) Terapi lumba-lumba.
16) Terapi Anak Autis dengan Pok Ame-Ame

B. SARAN
Terapi memang penting bagi anak autis, namun dalam pengobatan anak autis, terapi saja tidak cukup, melainkan harus dibantu oleh obat-obatan yang dapat mengurangi keautisan anak.
Oleh karena itu, bagi orang tua yang mempunyai anak autis, jangan hanya sekedar terapi bagi anak autis melainkan juga adanya obat-obatan dan pembelajaran yang tepat bagi anaknya.


























DAFTAR PUSTAKA
Diambil pada tanggal 13 desember dari http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autismehttp://gelombangotak.com/terapi_anak_autis.htm
Diambil pada tanggal 13 desember dari http://www.parenting.co.id/archive/web/article/article_detail.asp?catid=2&id=12
Diambil pada tanggal 13 desember dari http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7108959
Diambil pada tanggal 13 desember dari http://distributor4lifeindonesia.wordpress.com/2009/03/13/pengobatan-autis-terapi-autis-dan-ciri-ciri-autis/
Diambil pada tanggal 13 desember dari http://kampus.okezone.com/read/2011/05/26/65/461432/terapi-anak-autis-dengan-pok-ame-ame

Tidak ada komentar:

Posting Komentar